LAPORAN KULIAH LAPANGAN
OSEANOGRAFI GEOLOGI
Nama : ANANDA RIZKI TARUNA 2010.02.4.0007
A.
Maksud dan tujuan
Kegiatan Kuliah Lapangan Geologi dilaksanakan pada hari
Sabtu, 15 Januari 2012 ini bertujuan untuk mempelajari kondisi geologi
dilapangan dengan berbagai fenomena kenampakan geologi yang ada pada setiap
stasiun pengamatan di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk
menerapkan penggunaan teori-teori yang telah didapat dari materi perkuliahan.
B.
Lokasi
Kuliah Lapangan Geologi dilaksanakan di Kecamatan Bayat,
Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dengan 5 stasiun pengamatan yang terdiri atas :
1. Stasiun Pengamatan I : di antara Gunung Semangu dan Gunung
Pendul
2. Stasiun Pengamatan II : arah selatan dari Stasiun Pengamatan 1
3. Stasiun Pengamatan III : di Gunung Pendul
4. Stasiun Pengamatan IV : Watu Perahu
5. Stasiun Pengamatan V : di Joko Tuwo
C.
Metode
Pengambilan
data (untuk mengetahui arah dip dan strike perlapisan batuan)
D.
Peralatan yang Digunakan :
1. Peralatan Kelompok
a. Peta Geologi
Untuk
mengetahui keadaan geologi di lapangan.
b. Palu Geologi
Terdiri
dari 2 macam mata palu, yaitu:
1). Bagian runcing dan tumpul yang berfungsi untuk mengambil sampel dengan cara memecah dan mencongkel batuan keras
(batuan beku, metamorf, dsb).
2). Bagian pipih dan tumpul yang
berfungsi untuk mengambil sampel dengan cara
memecah dan mencongkel batuan tidak keras (batuan sedimen, pasir, dsb).
c. Kompas Geologi
Untuk menentukan
arah, sudut, kemiringan dan menentukan posisi lokasi pada peta.
d. Lup
Untuk
membantu dalam mengamati stuktur batuan.
e.
Larutan
HCL (asam klorida)
Untuk mengetahui kandungan mineral karbonat pada batuan yang
di teliti
f.
Kamera
Digital
Untuk mendokumentasi batuan dan keadaan geologi di lapangan.
g.
Kantung
plastik
Untuk
menyimpan sampel batuan.
2. Peralatan pribadi
a. Pensil
b. Ballpoint
c. Busur derajat
d. Buku catatan lapangan atau kertas
tulis dan clipboard
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Stasiun Pengamatan I
Lokasi : di
antara Gunung Pendul dan Gunung Semangu.
Pembahasan
Gambar A.1
Stasiun Pengamatan 1
Dilihat
dari kenampakan di lapangan lokasi SP I berada pada koordinat 46ᵒ36’11’’ E dan 914ᵒ14’18’’ N. Merupakan topografi daerah lembah
dengan morfogenesisnya berupa soil
akibat pelapukan atau hasil dari gaya eksogenik.
Perlapisan batuan mengalami kekar
Berdasarkan
penelitian dengan menggunakan kompas geologi
di dua lokasi penelitian yang berbeda (masih di SP I), di gunung pendul ditemukan
perlapisan batuan pada daerah turunnya pelapukan bayak dijumpai kekar (joint) kemiringan lebih dari 60ᵒ. Kekar (joint)
meliputi shear joint dan tension joint terisi mineral karbonat.
Dapat diketahui dengan cara meneteskan HCl pada rekahan batuan, apabila pada
batuan terlihat berbusa maka batuan tersebut mengandung mineral karbonat.
Gambar A.3
(1) Kekar isi, (2) kekar mengandung
karbonat
Pelapukan
mengulit bawang (spheroidal weathering) pada
daerah pelapukan diakibatkan gaya eksogenik terutama air, angin dan suhu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daerah pelapukan yang mengalami kekar tersebut
dahulunya yang mengalami penyesaran akibat gaya
endogenik dan menyusup mineral karbonat dalam batuan, sedangkan gaya
eksogenik terjadi akibat pelapukan kimia yang berupa spheroidal weathering (mengulit bawang) di sebabkan pengaruh air,
angin, suhu. Serta, pelapukan fisik yaitu erosi berupa sheet erosion dan gerakan massa berupa slide.
B.
Stasiun Pengamatan II
Lokasi
: arah selatan dari penelitian terakhir Stasiun Pengamatan 1
Pembahasan
Berdasarkan lokasi pengamatan Stasiun 2 dengan
jarak sejauh 5 meter kearah selatan dari lokasi terakhir penelitian SP 1 dijumpai
batuan sedimen (batuan berlapis-lapis). Hasil pengukuran dip dan strike yang
dilakukan dengan menggunakan kompas geologi adalah 30ᵒ/60ᵒ NE; 32ᵒ/55ᵒ
NE; 31ᵒ/55ᵒ NE; 30ᵒ/59ᵒ NE, dimana pada sudut pertama menyatakan dip dan pada
sudut kedua menyatakan strike.
Gambar B.1
Batuan sedimen berlapis
Penelitian selanjutnya mengarah ke selatan dari perlapisan
batuan sedimen ditemukan batuan gamping Nummulithes
yang terdapat pada lepasan-lepasan macro
fosil berbentuk seperti koin dan hanya sebagaian lepasan yang mengandung
batu pasir karbonatan yang terdapat pada singkapan.
Gambar B.2
Batuan gamping nummulithes macro fosil
Warna batuan umumnya
kehitam-hitaman. Struktur batuan adalah struktur batuan berfosil mengandung nummulithes (fosil yang ada di laut).
Materi penyusun batuan terdiri atas kalsium karbonat.
Gambar B.3
Uji karbonat
pada batuan gamping nummulithes
Selain perlapisan batuan sedimen ditemukan lapisan lempung (clay). Luas singkapan batuan di SP 2
tergolong sedang dengan tingkat pelapukan yang mudah lapuk. Sementara itu,
tebal antara 100-150 cm sehingga termasuk tebal clay dan juga soil .
Gambar B.4 Gambar
B.5
Soil menutupi batuan clay
Dengan demikian dapat disimpulkan lokasi pengamatan Stasiun 2 merupakan
wilayah batuan sedimen yang dimana batuan induk dari lokasi pengamatan sulit di
temukan karena tertimbun oleh soil
dari Gunung Pendul dan Gunung Semangu akibat pelapukan gaya eksogenik
serta terjadi pengaruh gaya endogenik
yang dimana terdapat zona uplift pada
batuan gamping nummulithes.
C. Stasiun pengamatan III
Lokasi : di Gunung Pendul
Pembahasan
Lokasi pengamatan Stasiun 3 topografi
wilayahnya perbukitan dengan morfogenesis berupa dataran aluvial. Litologi
daerah merupakan batuan metamorf
menyerupai perlapisan tetapi bukan merupakan perlapisan batuan. Bidang yang
menyerupai perlapisan batuan disebut sebagai bidang foliasi.
Gambar
C.1
Batuan metamorf bidang foliasi
Bidang foliasi pada batuan dapat diukur dengan menggunakan
kompas geologi seperti halnya mengukur dip
dan strike. Diketahui hasil
pengukuran 59ᵒ/109ᵒ NE, 32ᵒ/105ᵒNE, 37ᵒ/198ᵒNE, 28ᵒ/108ᵒNE.
Luas singkapan batuan metamorf pada SP 3 tergolong sedang
dengan jenis batuan yang teramati adalah metamorf
schist. Dideskripsikan berupa schist
karena mineral pembentuk batuan metamorf
tampak lebih rapat. Warna batuan kehitaman hingga kemerahan.
Gambar C.2
Metamorf schist
Penelitian berlanjut menyusuri arah timur dengan jarak
200 meter dari bidang foliasi ditemukan singkapan batuan tergolong sedang
dengan jenis batuan tergolong batuan beku. Batuan beku sendiri adalah batuan
yang terbentuk dari pembekuan magma. Warna batuan adalah abu-abu hingga
kehitaman. Struktur batuan saling mengunci serta tidak ada lubang(mineral
sekunder pengisi rongga batuan).
Gambar C.3
Batuan beku
pada stasiun 3
D. Stasiun Pengamatan IV
Lokasi
: Watu Perahu
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui
beberapa jenis batuan yang teramati antara lain batuan konglomerat kuarsa dan
batuan gamping nummulithes micro fosil. Warna batuan umumnya kehitaman dengan
beberapa batuan dalam kondisi segar. Berdasarkan tingkat kekerasan batuan, batu
kuarsa dan batu fosil nummulithes tergolong keras karena dapat tergores dengan
palu geologi.
Dalam pengamatan dilokasi ini juga
dilakukan pengukuran menggunakan kompas geologi yang bertujuan untuk mengetahui
arah dip dan strike dengan hasil 46ᵒ/95ᵒNE, 37ᵒ/101ᵒNE.
Gambar 4.1
Batuan kuarsa dengan nummulithes micro fosil
E.
Stasiun Pengamatan V
Lokasi : di
Joko Tuwo
Pembahasan
Hasil pengamatan dilokasi dapat diketahui
topografi berupa perbukitan dengan lereng pejal yang diakibatkan proses
endogenik berupa gempa bumi atau mengalami patahan geser/slikon slide. Luas singkapan batuan tergolong luas dengan jenis
batuan marmer dan schist klorit pada
singkapan. Warna batuan adalah sedikit hijau dan keputih-putihan.
Gambar 5.1
Bukit Joko Tuwo stasiun pengamatan 5
Pada lokasi ini juga dilakukan perhitungan
dip dan strike dengan hasil 71ᵒ341ᵒ NE, 72ᵒ345ᵒNE, 74ᵒ336ᵒNE dari pengukuran dapat diketahui bahwa
daerah ini zona retakan. Jenis kekar
yang teramati berupa kekar diagonal, dengan kerapatan antara 1-10 cm.